Senin, 20 Oktober 2014

RETORIKA dalam Dakwah

BAB  I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahwa setiap bentuk-bentuk komunikasi adalah sebuah drama. Karenanya seorang pembicara hendaknya mampu mendramatisir (membuat jama’ah merasa tertarik) terhadap pembicara, sedangkan menurut Walter Fisher bahwa setiap komunikasi adalah bentuk dari cerita (storytelling). Karenanya, jika seseorang mampu bercerita sesungguhnya maka ia punya potensi untuk berceramah dan untuk menjadi muballigh. Sebagaimana dalam berdakwah itu sendiri dibutuhkan retorika-retorika yang dapat membuat dakwah seseorang lebih mengena, efisien dan efektif. Terutama dalam menyosialisasikan ajaran-ajaran Islam. Maka retorika jitu harus bias dikuasai oleh seseorang yang hendak berdakwah. Dalam kaitan antara retorika dan dakwah, di sini pemakalah akan mencoba membahas mengenai keduanya.
2.2 RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah yang dimaksud dengan retorika dakwah?
2.    Bagaimana berdakwah dengan seni atau retorika ?
3.    Apa urgensi atau pentingnya retorika dalam dakwah?
4.    Bagaimana dampak dakwah tanpa menggunakan retorika ?

C. TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk mengetahui pengertian retorika dakwah
2.    Untuk mengetahui dan memahami retorika dakwah
3.    Untuk mengetahui urgensi atau pentingnya retorika dakwah
4.    Untuk mengetahui dampak atau akibat dakwah tanpa retorika

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RETORIKA DAKWAH
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendi, M. A dia dalam bukunya Komunikasi Teori Dan Praktek mengatakan : “Retorika atau dalam bahasa inggris rhetoric bersumber dari perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara.[1]
 Retorika dalam bahasa Yunani “RHETOR” atau bahasa Inggris “ORATOR” yang berarti “kemahiran dalam berbicara dihadapan umum”. I Gusti Ngurah Oka, memberikan definisi sebagai berikut“Ilmu yang mengajarkan tindak dan usahayang untuk dalam persiapan, kerjasama, serta kedamaian ditengah masyarakat”.
Dengan demikian termasuk dalam cakupan pengertian Retorika adalah: Seni berbicara-Kemahiran dan kelancaran berbicara Kemampuan memproduksi gagasan, kemampuan mensosialisasikan sehingga mampu mempengaruhi audience.
Dari definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa retorika dakwah adalah ketrampilan menyampaikan ajaran Islam secara lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum muslimin agar mereka dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam yang karenanya pemahaman dan prilakunya dapat berubah menjadi lebih Islami.


2.2 SENI BERBICARA RETORIKA DAKWAH (Mengajak atau berdakwah perlu seni)

Retotika adalah seni berbicara atau kemampuan merangkai kata-kata dengan maksud agar pendengar mudah memahami, retorika dalam berbicara dakwah sangat penting dimiliki, karena keluessan dalam berbicara dakwah sangat penting jika memiliki retotika yang baik. Menjadi seorang pembicara yang handal harus mampu atau pintar-pintar memahami situsi lawan bicara serta mampu menyesuaikan dimana dan dalam situasai apa ketika kita sedang berbicara. Ketika seseorang memilki keamapuan untuk berbicara maka pembicaraan akan terarahkan, biasanya seorang pembicara juga memiliki pengetahuan yang luas serta lues dalam pergaulan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun di masyarakat.
Pengetahuan dan wawasan yang luas sangat mempengaruhi kelancaraan dalam berbicara. Biasanya seorang yang kemampuan berbicaranya baik memiliki wawasan yang luas, karena kebanyakan jika si pembicara mendapat sanggahan dari lawan bicara ia akan menggunakan berbagai alasan untuk memperkuat argumennya. Alasan yang dikemukakan tentu berdasarkan pengalama yang ia dapatkan, bukan hanya sekedar mengelak dari sanggahan lawan bicara saja.
Sebagian besar da’I yang memilki kemampuan berretorika atau berbicara, sudah memilki tujuan pembicaraan sebelum memulai berbicara di depan umum. Tanpa tujuan pembicaraan terlebih dahulu maka pembicaraan akan susah untuk membatasi pembicaraannya, yakni untuk menghindari kesan bertele-tele dalam berbicara. Pembicaraan akan menjadi tidak menarik jika kesannya berlebihan dan lari dari tujuan pembicaraan. Semua manusia memiliki kemampuan untuk berbicara, terkecuali seorang yang cacat sejak lahir (tuna wicara), namun tidak semua orang dapat berbicara dengan baik. Semua itu di sebabkan oleh berbagai factor. Seorang yang memiliki kemampuan berbicara namun tidak dapat menempatkan pembicaraannya pada tempatnya, seorang yang menggunakan kemampuan berbicaranya namun pembicaraannnya tidak memiliki manfaat.
Dalam berbicara tidak semua pembicaraan bermanfaat bagi diri sendiri maupaun orag lain. Berbicara disini yakni berbicara yang menghasilkan pengetahuan baru atau berbicara yang dimaksud adalah memiliki manfaat dan bukan hanya sekedar mengeluarkan bunyi ujaran pada seseorang atau khalayak ramai tanpa melihat unsure tujuan pembicaraannya.
Contoh retorika yang baik diantaranya sebagai berikut:
1. Berbicara dalam forum diskusi untuk memecahkan suatau masalah. Yakni berhubungan dengan pengetahuan atau bidang lai yang penting untuk diselesaiakan.
2. Berbicara dalam sebuah pidato dalam suasana resmi, memberi pengetahuan kepada orang lain berbagi ilmu dengan menggunakan retorika yang baik.
3. Berbicara dalam hal menjadi tutor bagi mereka yang belum begitu paham terhadapa suatu hal atau tema tertentu.
4. Berbicara dengan unsur dakwah. Yakni memberi pengetahuan atau diskusi tentang ajaran islam dan mengenai syiar islam.
        Selain itu masih banyak lagi jenis berbicara yang bermanfaat, sebagai mahasiswa tentunya sudah bisa menilai dan memilah mana hal yang baik untuk dibicarakan dan mana hal yang buruk untuk dibicarakan.
2.3 PENTINGNYA RETORIKA DALAM DAKWAH 
Ceramah, pidato, atau khutbah merapakan salah satu bentuk kegiatan dakwah yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, Bahkan khutbah pada hari Jumat
adalah merupakan kegiatan wajib yang harus dijalankan saat melaksanakan sholat Jum’at. Agar ceramah atau khutbah dapat berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang penting. Dengan demikian, disamping penguasaan konsepsi Islam dan pengamalannya, keberhasilan dakwah juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi antara sang muballigh atau khatib dengan jama’ah yang menjadi obyek dakwah.
Retorika dakwah dapat dimaknai sebagai pidato atau ceramah yang berisikan pesan dakwah yakni ajakan ke jalan Allah (Sabilillah) mengacu pada pengertian dakwah dalam surat An- Nahl : 125
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Seorang dai perlu mempelajari retorika dari ilmu komunikasi, karena ia berguna untuk membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktiannya. Sehingga dengan retorika ini, seorang dai bisa berusaha mempengaruhi orang lain supaya mereka dapat mengalihkan pikirannya dari pikiran-pikiran yang mungkar kepada pikiran-pikiran yang seusai dengan jalan Allah, yang juga termasuk di dalamnya mempengaruhi keyakinan, perbuatan, perilaku dan juga pengetahuan dengan seperti itu diharapkan tujuan dakwah yang disampaikan oleh seorang dai dapat diterima oleh jamaah dengan baik. [2]
Agar ceramah atau khutbah dapat berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang penting. Dengan demikian, disamping penguasaan konsepsi Islam dan pengamalannya, keberhasilan dakwah juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi antara sang muballigh atau khatib dengan jama’ah yang menjadi obyek dakwah.”
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, menjelaskan maksud  ayat diatas, umat yang dihadapi seorang muballigh dapat dibagi atas 3 golongan, yang masing-masing harus dihadapi dengan cara yang berbeda-beda.
1.    Ada golongan cerdik-cendekiawan yang cinta kebenaran, berpikir kritis, dan cepat tanggap. Mereka ini harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.
2.    Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mau’idzatul hasanah, dengan ajaran dan didikan yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.
3.    Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong supaya berpikir secara sehat.”
Sebagaimana  sabda Nabi saw: “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar (takaran kemampuan) akal mereka.” (HR. Muslim)
Dan juga sabda Nabi Saw: “Tempatkanlah manusia sesuai dengan tempat/kedudukan mereka masing-masing.” (HR. Abu Dawud).
Retorika dakwah atau bisa juga dikatakan berpidato atau bisa juga disebut sebagai ceramah agama. Ini memilki manfaat yang banyak, selain kita mendalami ilmu tentang agama juga melatih kita untuk berani tampil dan tidak gugup untuk berbicara di depan umum.
Berbicara atau beretorika merupakan keamampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada  mad’unya baik dalam situasi formal maupun non formal, kemampuan berretorika sebenarnya dimiliki oleh semua orang, kecuali yang cacat pada indera pengucapannya, seorang da’i yang handal memiliki kemampuan memahami situasi mad’unya dan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.
2.4 DAKWAH TANPA RETORIKA
         Seperti yang kita ketahui retorika dianggap  berbicara omong kosong atau permaianan kata – kata belaka , dan berdakwah tanpa menggunakan retorika ibarat makan sayur tanpa garam, sangat enak dipandang namun pahit dirasa, sayur akan terasa enak apabila bumbunya bagus dan lengkap, bagitu juga dalam berdakwah, ceramah ataupun pidato, isi ceramah akan terasa enak apabila da’inya mampu menyampaikan isi ceramahnya dengan gaya bahasa, seni dan retorika yang bagus dan mantap,  begitu pula sebaliknya sayur akan terasa pahit apabila bumbunya tidak lengkap, isi ceramah akan terasa hampa, tidak akan di dengar, tidak akan diperhatikan, tidak akan berbobot, dan tidak akan bernilai, apabila da’inya dalam menyampaikan ceramah tidak professional baik dari retorika, gaya bahasa dan penampilannya dihadapan mad’unya. Sehingga dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap mad’u, seperti halnya ketika seorang da’i ceramah tanpa retorik, bisa saja isi ceramah yang disampaikannya hanya masuk tilinga kanan keluar telinga kiri, artinya tidak ada pemahaman yang bertambah kepada mad’u, sehingga mengakibatkan tidak teramalkannya isi ceramah.
Selain itu mungkin banyak lagi hal-hal yang tidak kita sadari akan berdampak buruk ketika kita berdakwah dimasyarakat tanpa dibekali ilmu pengetahuan yang luas dan retorika yang baik, karena dengan retorika dakwah akan sukses dan karena retorika juga dakwah akan gagal dan hancur. Untuk itu retorika sangat penting dalam dunia dakwah demi mewujudkan para da’i yang handal dan professional dimata masyarakat.
Selain itu kebanyakan kemampuan retorika tidak digunakan dengan baik, kemampuan berbicara tidak digunakan dalam ceramah atau pidato yang baik dan memiliki manfaat bagi diri sendiri mauun bagi orang lain, retorika dalam berdakwah bukan sekedar memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi pada orang lain mengenai ilmu agama, melainkan juga mampu memahami situasi lawan bicara, pengetahuan yang luas dan memiliki wawasan yang luas.
Dalam retorika dakwah, penyampaian mengenai ajaran – ajaran islam termasuk salah satu cara untuk menghilangkan citra beretorika yang dianggaap omong kosong belaka, didalam retorika dakwah sumber atau dasar yang menjadi pegangan da’i yakni berasal dari Al-Qur’an dan Hadits, tidak mungkin seorang da’i melakukan retorika dakwah atau ceramah mengenai agama tidak didasarkan oleh sesuatu yang kuat dan nyata. Seorang da’i tidak akan mengada – ngada dalam menyirkan agamanya kepada saudara sesama muslim.














BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tujuan Retorika dalam kaiatannya dengan Ilmu Dakwah yang paling urgen adalah “mempengaruhi audiens”. Ini karena dalam berdakwah itu sendiri dibutuhkan tekhnik-tekhnik yang mampu memberikan pengaruh efektif kepada khalayak masyarakat sebagai objek dakwah (al-mad’uu). Yang diantaranya dengan menggunakan retorika-retorika ampuh dan jitu untuk mempengaruhi orang lain agar mengiyakan apa yang dikatakannya dan mengikuti apa yang diserunya. Sebagaimana dakwah adalah sarana komunikasi menghubungkan, memberikan dan menyerahkan segala gagasan, cita cita dan rencana kepada orang lain dengan motif  menyebarkan kebenaran sejati. 

3.2 SARAN PENULIS
Sebagai saran dari penulis, kami selaku pemakalah yang tidak lepas dari salah dan khilaf dalam pembuatan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam rangka membangun perbaikan dan kemajuan penulisan dan penyampaian makalah yang akan dating, selain itu kami menyarankan untuk selalu semangat dan terus menggali ilmu, terutama Ilmu Retorika.




DAFTAR PUSTAKA
Al-Qordlowi, Yusuf, Dr. Retorika Islam, Jakarta : Al-Kautsar, Cet. 1. 2004.
Dwi, Condro Triono, Ilmu retorika untuk mengguncang dunia, Irtikaz, Yogyakarta, 2009.
Effendy, Onong Uchjana, MA. Prof. Drs.  Komunikasi Teori Dan Raktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. 21. Tahun. 2007.
Hendrikus, Dori Wuwur, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi, Yogyakarta : Kanisius. 1999.
Ibnu Taimiyah, Al Fatawa Al-Kubro, Riyadh: Mathobi’al-Riyadh. Cet I
Imam Nawawi, Riyadl Al-Sholihin, Beirut: Muassasah Al-Risalah. Cet.III. 1998.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline
Musyafa, Retorika Dakwah Suyanto Dalam Pengajian, Semarang: Karya Ilmiah,
            Skripsi Uin Kalijaga.
Zaidan, Abdul Karim, Dr.  Ushul Al-Dakwah. Beirut: Muassasah Al-Risalah. Cet. IX. 2001.









[1] Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA. Komunikasi Teori Dan Praktek. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Cet. 21. Tahun. 2007). Hal. 53
[2]Musyafa, Retorika Dakwah Suyanto Dalam Pengajian, (Semarang: Karya Ilmiah, Skripsi Uin Kalijaga)Hal. 12

1 komentar:

  1. bagi yg butuh boleh di copy kox, tapi dgn menyebutkan nama di komentar ini y....

    BalasHapus